Senin, 18 Juli 2022

Hutan Djawatan Benculuk, Banyuwangi - Hutan Kecil Tempat Tumbuh Pohon Raksasa 300 Tahun

Foto Hutan De Djawatan Benculuk di Banyuwangi

­­Tumbuh sama-sama besar dengan tajuk berbentuk seperti payung. Di retakan kulit batangnya tumbuh tumbuhan paku-pakuan yang menambah kesan tua pada pohon-pohon di hutan tersebut. Hutan tersebut namanya Hutan De Djawatan.

Sejarah Hutan Djawatan Benculuk

Hutan De Djawatan atau sebelumnya dikenal Hutan Djawatan Benculuk merupakan hutan kecil yang dikelola oleh BUMN Perhutani. Hutan kecil ini adalah warisan Belanda mengelola hutan-hutan dan sumberdaya alam di Jawa dan Madura bernama Den Dienst Van Het Boschwezen atau Jawatan Kehutanan. Itulah kenapa nama lokasi ini disebut Hutan De Djawatan atau Hutan Jawatan Benculuk karena lokasinya di Kecamatan Benculuk.


Kondisi Djawatan Benculuk saat menjadi TPK, penuh log kayu

Hutan De Djawatan sendiri dibangun sekitar 300 tahun yang lalu sebagai tempat penimbunan kayu produksi. Hutan ini sering dijadikan warga setempat untuk rekreasi atau berfoto-foto. Karena peminatnya makin banyak akhirnya sekitar tahun 2018 peruntukannya berubah fungsi dari Tempat Penimbunan Kayu (TPK) pasca panen menjadi tempat wisata.


Memang saat membangun TPK dibutuhkan pohon yang bisa jadi peneduh kayu-kayu yang dikumpulkan disana sehingga dipilihlah pohon Trembesi ini yang punya tipe tajuk (dahan) berbentuk payung. Uniknya karena pohon trembesi ini ditanam bersamaan dan besar bersamaan akhirnya membentuk iklim mikro yang sejuk berbeda dengan luar area hutan. Iklim mikro tersebut membuat jenis paku-pakuan tumbuh dari retakan kulit batang dan terus berkembang dan menyebar pada semua pohon melalui spora.


Rute Menuju Hutan De Djawatan Benculuk

Untuk Menuju Ke Hutan Dejawatan Benculuk ini cukup mudah kok, karena berada sejalur dengan jalan besar. Dari Banyuwangi kota kalian ambil arah menuju ke Jember melewati Rogojampi – Gladak – Srono – lalu sekitar 15 menit akan sampai di Benculuk nanti sebelum masjid besar atau lampu Lalu lintas Benculuk ada tulisan gerbang Jawatan Benculuk diantara toko-toko. Masuk ke Gerbang tersebut lalu kalian akan sampai di Hutan De Djawatan Benculuk. Dengan membayar tiket masuk seharga Rp. 7.500 / orang dan motor Rp. 5.000 atau Mobil Rp,10.000 kita sudah bisa menikmati suasana hutan De Djawatan ini.


Jika kalian menggunakan kendaraan umum juga bisa. Kalian tinggal naik di Terminal Brawijaya atau Dari Taman Patung Kuda, Bis Jurusan ke Jajag, Jember dan minta turun ke Hutan Dejawatan Benculuk akan diturunkan di depan gerbang masuk. Dulu ada Program Bis Gratis Kerjasama Pemkab Banyuwangi dengan Damri, namun sekarang belum ada kembali program bis gratis tersebut.

Spot foto tulisan De Djawatan dengan background pohon trembesi

parkiran dokar di Dejawatan Benculuk

Baru masuk saja sudah disambut oleh rerimbunan beberapa pohon tua yang menaungi kafe/kantin kecil disana. Orang-orang pasti melewati jalan ini menuju titik utama dari Hutan De Djawatan yaitu Lorong hutannya. Di tengah perjalanan biasanya ada parkiran kendaraan Dokar yang menawarkan jasa keliling menggunakan dokar. Karena penasaran saya mencoba naik Dokar tersebut dan memasuki hutan De Djawatan. Bunyi sepatu kuda, kerincing dokar dan suasana Hutan De Djawatan membawa imajinasi saya ke masa lampau, ke masa era kolosal dimana harus melewati hutan menuju desa tertentu menggunakan Dokar. Untungnya dalam imajinasi tidak bertemu perompak di jalan haha

Lorong Hutan Djawatan Benculuk yang sepi begini jadi incaran foto

Turun dari dokar, saya kembali menuju area tengah Hutan De Djawatan. Lorong hutannya terlihat megah. Pohon-pohon Trembesi ini sudah tumbuh bersama ini umurnya kurang lebih 300 tahun. Jika melihat ke atas, dahan dan ranting mereka tidak saling bertabrakan dan mengganggu. Ternyata itu adalah fenomena Crown Shyness dimana dahan dan ranting pohon tidak saling menyentuh dan mengganggu.

Fenomena Crown Shyness di Hutan De Djawatan

Memang jalan di lorong hutan itu suasananya menakjubkan karena mungkin sudah tidak ada lagi suasana hutan yang seperti ini. Batang-batang pohon flamboyan besar yang penuh banyak tumbuhan paku. Angin dari persawahan masuk ke lorong-lorong hutan tersebut membuat tumbuhan paku berayun-ayun mengikuti irama angin. Menurut saya memang eksotis lorong hutan De Djawatan ini.

Suasana Sore di Djawatan Benculuk

Waktu yang tepat saat ke Djawatan enaknya pada menjelang sore atau pagi menjelang siang sebelum matahari berada di atas  kepala kita, karena cahaya matahari cukup membuat foto cenderung gelap sehingga tumbuhan paku pada batang pohon flamboyan tidak terlalu terlihat karena tertutup bayangan daun. Jika datang di sore hari yang cerah, kadang ada cahaya matahari yang menebus dahan pepohonan berbentuk cahaya sorotan atau biasa disebut cahaya surga haha atau dalam istilah tukang foto itu adalah Ray of Light.

Menurut saya, Hutan Dejawatan ini wajib sekali dikunjungi untuk kalian yang sedang berwisata ke Banyuwangi. Lokasinya pun strategis karena searah ke Pulau Merah sehingga biasanya Hutan De Djawatan ini bisa dikunjungi sekaligus menuju ke Pantai Pulau Merah atau bagi kalian yang ingin kuliner Rujak Soto Mbok Mbret yang terkenal enak.


Gimana tertarik ke Banyuwangi, mengujungi Hutan De Djawatan ini  kan.

Posting Komentar

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search